Pak Bernard Barulia, Pak Yurvi Bangowa, Pak Thomas Tjala
Pelestarian bahasa daerah
Banyak suku bangsa terdapat di Indonesia. Ada yang besar, ada yang kecil. Di propinsi Maluku Utara saja ada lebih dari enam belas (16) bahasa. Dalam lingkungan dunia yang modern ini, diketa¬hui bahwa pada umumnya bahasa suku kecil dipengaruhi oleh bahasa suku yang besar. Kenyataan itu diakibatkan oleh beberapa faktor penye¬bab, antara lain: 1) perkawinan antar suku, 2) pendidikan dalam bahasa Indonesia, 3) merantau ke kota di daerah yang lain untuk mencari nafkah, dan 4) memperluas perusahaan dagang, sehingga banyak bergaul dengan orang dari suku yang lain. Hal ini sering mengakibatkan munculnya bahasa yang dominan yang menyebabkan bahasa yang lain tersingkir atau kurang populer. Selanjutnya lambat-laun semakin kurang digunakan dan pada akhirnya lenyap.
Agar bahasa Sahu tidak punah, perlu ada usaha untuk melestarikannya. Usaha seperti ini sesuai pula dengan program pemerintah untuk melestarikan setiap warisan kebudayaan daerah dalam rangka menambah khasanah kekayaan kebu¬dayaan nasional. Usaha pelestarian dapat dilaksanakan melalui Halmahera Lingua Center (HLC) di Tobelo.
Maksud dan tujuan dari tim bahasa Sahu (kanan: Pak Thomas Tjala, kiri: Pak Bernard Barulia, tengah: Pak Yurvi Bangowa) ialah ingin merintis jalan supaya bahasa dan budaya orang Sahu tetap dikembangkan. Oleh karena itu, masih diperlukan bahan tertulis dalam bahasa Sahu; baik berupa sastra, ceritera rakyat, silsilah, adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan rakyat, sejarah maupun Alkitab, liturgi ibadah, dan lagu-lagu rohani.